hab

hab

Rabu, 04 Januari 2017

Khutbah Jum'at Memperingati Hari Pahlawan


Pada siang hari ini, marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt dengan selalu melaksanakan segala perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Dan hendaknya kita senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah diberikanNya kepada kita secara gratis. Walau terkadang ada kenikmatan yang diperoleh melalui usaha, perjuangan keras untuk mencapai kenikmatan tersebut. Salah satu diantara kenikmatan tersebut adalah kenikmatan kemerdekaan.

Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia,

Setiap kali kita memperingati Hari Pahlawan, setiap kali itu pula kita diingatkan dengan peristiwa yang sangat heroik yang terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pada saat itu tentara Belanda berusaha menguasai kembali Indonesia dengan memanfaatkan kehadiran tentara sekutu yang akan mengambil alih kekuasaan atas Kepulauan Nusantara ini dari pihak Jepang yang baru saja mengalami kekalahan dalam perang dunia ke II setelah Hirosima dan Nagasaki dihancurkan dengan bom atom oleh Amerika. Rakyat Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya tiga bulan sebelumnya, yakni pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan sendirinya tidak dapat menerima kehadiran tentara sekutu yang diboncengi tentara Belanda tersebut. Dengan persenjataan yang serba sederhana tetapi dengan semangat yang tinggi untuk mempertahankan kemerdekaan para pejuang melancarkan perlawanan habis-habisan terhadap tentara sekutu yang menyerbu Surabaya dengan persenjataan yang jauh lebih modern, baik dari laut, udara maupun darat.

Fatwa para ulama Jawa Timur yang dimotori KH. Hasyim Ashari menyatakan bahwa perang untuk mengusir penjajah adalah jihad fi sabilillah mengobarkan semangat tempur para pejuang , peristiwa ini dikenal dengan resolusi jihad. Ribuan arek-arek Surabaya gugur dan menjadi syuhada’ dalam pertempuran itu. Namun pertempuran tersebut telah membuka mata dunia internasional bahwa bangsa Indonesia yang berdaulat masih ada dan putra putri Indonesia telah bertekad bulat untuk mempertahankan kemerdekaan hingga titik darah penghabisan.

Tanggal 10 Nopember , kita diingatkan akan sebuah hari yang bersejarah tersebut, yakni hari Pahlawan. Kepahlawanan dalam Islam, khususnya dalam konteks keindonesiaan merupakan sebuah tema yang menarik untuk dikaji, mengingat sebagian bangsa kita cenderung mereduksi (mengurangi) dan mempersempit makna pahlawan.

Pengertian Pahlawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang berjuang dengan gagah berani dalam membela kebenaran. Atas rujukan tersebut, menjadi pahlawan adalah hal yang memungkinkan bagi setiap orang, tidak mengenal latar belakang sosial, siapapun dapat menjadi seorang pahlawan. Dalam konteks kenegaraan/kebangsaan, seorang pahlawan yang beriman kepada Allah swt yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini di dalam al-Qur’an adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah (fî sabîl-i ‘l-Lâh). Seperti yang tercatat dalam QS al-Baqarah: 154:





"Dan janganlah kalian sekali-kali mengatakan bahwa orang-orang yang berjuang (terbunuh) di jalan Allah itu mati melainkan mereka hidup tetapi kita tidak merasakan".

Sesungguhnya para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, yang kita tahu maupun yang tidak kita tahu, mereka hidup di sisi Allah dan hidup di hati kita.

Hadirin Jamaah Jum’ah yang dirahmati oleh Allah

Alkisah, seorang raja Persia yang bernama Kisrâ Anû Syirwân melakukan observasi ke rumah-rumah para penduduk kerajaannya. Ketika ia tiba di satu rumah, di sana ia menemukan seorang kakek yang menanam pohon di halaman rumah tersebut. Sang raja tertawa dan bertanya, "Wahai kakek, kenapa kau menanam sebuah pohon yang akan berbuah 10-20 tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun ke depan, sedangkan kau mungkin tahun depan sudah mati dan kau tidak dapat menikmati buah-buahan dari pohon yang telah kau tanam?". Dengan penuh senyum dan optimisme sang kakek menjawab, "Wahai raja, orang-orang sebelum kita telah menanam pohon dan buah-buahan dari pohon tersebut kita nikmati sekarang, dan kita menanam kembali pohon yang buah-buahannya akan dinikmati oleh orang-orang setelah kita".

Dari cerita tadi kita dapat memetik sebuah pelajaran bahwa kemerdekaan ibarat sebuah pohon yang telah ditanam oleh para pahlawan bangsa ini kendati pun mereka tidak pernah menikmatinya melainkan kenikmatan tersebut kita rasakan sekarang. Begitu juga kita bisa memberi manfaat kepada para generasi penerus kita dengan menanam sesuatu kebaikan pada saat ini. Atau dengan kata lain, kita mengisi kemerdekaan ini dengan berbuat baik untuk negara dan masyarakat. Bukan merusak ataupun merugikan negara dan masyarakat. Kita berbuat kebaikan semampu kita. Bila kita hanya mampu berbuat baik dengan menggunaka harta, berbuat baiklah dengan menggunakan harta. Bila kita hanya mampu berbuat baik dengan ilmu dan fikiran, berbuat baiklah dengan ilmu dan fikiran. Bila kita hanya mampu berbuat baik dengan menggunakan kekuatan tenaga kita, berbuat baiklah dengan menggunakan tenaga kita. Karena segala perbuatan baik akan mendapat kehidupan yang baik dan pahala di sisi Allah. Allah Ta'ala berfirman : "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."(QS An Nahl : 97).

Begitulah, janji Allah. Bila kita berbuat baik untuk negeri ini, Allah akan memberikan kehidupan kita kehidupan yang baik. Terjauh dari malapetaka, krisis segala lini, bencana, dan lain sebagainya. Seperti para pejuang kemerdekaan yang telah berbuat baik dengan mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan dan kita bisa menikmati hasilnya dengan baik. Yaitu, bebas dari penjajahan. Lantas, sekarang adalah tugas kita untuk berbuat baik, berkorban untuk negeri ini agar Allah menyediakan kehidupan yang baik pula untuk anak-anak cucu kita besok. Apabila kita bersikap sebaliknya. Mengisi kemerdekaan dengan perbuatan yang dilarang oleh Allah, maka kita hanya bisa berlindung dari segala murkaNya.

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia.

Watak manusia adalah merasa tidak cukup dengan apa yang dimiliki. Kemudian menghalalkan segala cara untuk meraihnya. Mereka mengisi kemerdekaan ini dengan saling sikut kiri-kanan padahal mereka adalah saudara sebangsa sendiri. Tujuannya hanya untuk kepentingan pribadi atau golongan untuk memperkaya diri. Hal ini tentu tidak diajarkan oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana hadits Abdullah bin Amr bin Al Ash Radiyallahu Anhu, Rasulullah Sallalah alaihi wasallam bersabda :
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ
 وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
"Sungguh beruntunglah orang masuk kedalam Islam, diberi rezki yang cukup, dan merasa cukup dengan apa yang Allah berikan".(HR. Muslim no. 1746. Ahmad no.6284).

Inilah kenapa dulu Bung Karno pernah mengatakan, "Perjuanganku lebih mudah karna mengusir penjajah, Tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karna melawan bangsamu sendiri." Hadirin Jamaah Jum’ah yang berbahagia, Kiranya cukup sekian khutbah jum’at pada siang hari ini. Semoga momentum peringatan hari pahlawan ini bisa menjadi bahan introspeksi kita sebagai warga negara dan umat beragama.





3 komentar: