hab

hab

Minggu, 01 Januari 2017

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA UPACARA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KEMENTERIAN AGAMA KE-71 JAKARTA, 3 JANUARI 2017


Assalamu'alaikum wr.wb.
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Yang saya hormati dan saya banggakan, Seluruh Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Agama,
Hadirin, peserta upacara yang berbahagia,
Dengan memanjatkan doa syukur yang setinggi-tingginya ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, pada pagi hari ini, tanggal 3 Januari 2017, kita memperingati Hari Amal Bakti Ke-71 Kementerian Agama Republik Indonesia.

Tujuh puluh satu tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 3 Januari 1946, Pemerintah atas usul dari Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) membentuk Kementerian Agama dan mengangkat Menteri Agama yang pertama yaitu Haji Mohammad Rasjidi. Pembentukan Kementerian Agama merupakan peristiwa penting dan bersejarah bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara religius yang nasionalis.

Saudara-saudara sekalian,
Kita ketahui, agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa dan negara kita. Semangat dan
motivasi keagamaan adalah sumber kekuatan kita dalam meraih kemerdekaan, mempertahankan
kedaulatan nasional, dan menjaga keutuhan NKRI. Agama mendapatkan kedudukan terhormat dalam
tata kehidupan masyarakat, sehingga dijadikan sebagai salah satu sumber pembentukan hukum
nasional. Agama menjadi ruh kehidupan kebangsaan kita sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.

Salah satu pejuang kemerdekaan dan tokoh pendiri Republik Indonesia, Hadji Agus Salim, dalam tulisannya pada tahun 1950 berjudul "Kementerian Agama dalam Republik Indonesia", menjelaskan
benang merah politik agama di Republik Indonesia yang berbeda dengan politik di masa kolonial.
Menurutnya, jabatan dan tugas Kementerian Agama sungguh besar dan mulia karena sangat menentukan nasib bangsa ini. Kesatuan kebangsaan kita akan terpelihara secara kokoh dan tidak dapat dipecah belah amatlah tergantung pada kebijakan dan kecakapan aparatur Kementerian Agama.
Penegasan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai falsafah dasar kehidupan bernegara pada Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 mengandung makna bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita senantiasa memerlukan tuntunan Tuhan. Prinsip fundamental
tersebut mengamanatkan supaya ajaran dan nila-inilai agama diperankan sebagai pemberi arah
sekaligus mendasari kehidupan kebangsaan kita yang ber-motto Bhinneka Tunggal Ika.

Agama yang diyakini dan diamalkan oleh umatnya masing-masing harus menjadi unsur pembentuk Nation and Character Building bangsa Indonesia yang majemuk ini. Karena itu, seluruh umat beragama harus menyadari dan disadarkan bahwa nilai-nilai agama merupakan unsur perekat
integrasi nasional. Dalam kaitan ini pula saya ingin mengingatkan, toleransi dan kerukunan bukan milik sesuatu golongan umat beragama semata, tetapi harus menjadi milik semua golongan dan berlaku untuk semua pemeluk agama. Saling menghormati dan saling menghargai identitas keyakinan antarumat beragama harus terus dijaga dalam upaya melindungi keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Saudara-saudara sekalian,
Sejalan dengan tema Hari Amal Bakti Kementerian Agama ke-71 tahun 2017 yaitu "Bersih Melayani" dan motto "Lebih Dekat Melayani Umat", saya berharap peringatan ulang tahun Kementerian Agama ini semakin memperkuat komitmen kita semua terhadap integritas dan etos kerja sebagai pelayan masyarakat dan pengayom semua umat beragama.

Seluruh jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama harus senantiasa mengembangkan wawasan serta meningkatkanketrampilan dan kesigapan dalam bertugas. Ego sektoral, sektarianisme, dan sejenisnya harus disingkirkan dari lingkungan kerja Kementerian Agama. Kita harus bersikap sebagai agamawan sekaligus negarawan yang menempatkan kepentingan umat dan bangsa di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Di tengah cepatnya perubahan sosial dan pesatnya teknologi informasi, kita juga harus menjadi pelayan publik yang dapat diandalkan.

Kita bersyukur publik kini semakin menilai positif kinerja Kementerian Agama. Sebagian besar
program telah mulai memenuhi harapan sehingga kinerja kita dianggap cukup baik dalam sejumlah
survei. Indeks kepuasan jemaah haji terus naik, indeks kerukunan umat beragama juga masih tinggi,
dan indeks reformasi birokrasi kita naik peringkat dari CC menjadi B –yang berimplikasi naiknya tunjangan kinerja dari 40 menjadi 60 persen. Beberapa waktu lalu, kita juga mendapatkan sejumlah penghargaan seperti; penghargaan dari Presiden sebagai Penyedia Layanan BLU dengan Akses Terjangkau, dan Penghargaan dari Kemenkeu sebagai Kementerian dengan Kontribusi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terbesar dalam APBN. Selain itu Kementerian Agama juga mendapatkan penghargaan ganda terkait ekonomi syariah, yaitu sebagai Pemrakarsa Proyek Infrastruktur Berbiaya Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan Investor Utama Sukuk Negara Domestik. Tapi di sisi lain, Ombudsman Nasional menilai kita masih bertanda warna kuning atau belum begitu bagus dalam hal pemenuhan standar layanan publik. Kita juga turun predikat dari WTP menjadi WDP dalam audit keuangan oleh BPK. Pun masih ada keluhan-keluhan publik yang belum terselesaikan secara tuntas.

Terhadap kinerja-kinerja positif, marilah bersyukur dan teruslah istiqomah (konsisten) dalam
jalur yang baik. Sebaliknya, marilah segera kita benahi catatan-catatan negatif yang tersisa. Sebab
itulah, kata "Bersih Melayani" —yang merupakan tema HAB tahun lalu— tetap dipertahankan.
Harapannya, kita harus benar-benar bersih tanpa menyisakan sedikit pun noda. Hanya saja, tahun ini
tema itu dilengkapi dengan motto "Lebih Dekat Melayani Umat" yang bermakna kita harus lebih peka mendeteksi aspirasi masyarakat, lebih sigap membereskan masalah, dan lebih cekatan memenuhi kebutuhan umat.

Wujud dari motto tersebut, tahun ini kita mulai membangun Pusat Layanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Melalui unit ini, kita berupaya mencapai standar mutu yang prima dalam melayani umat.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi, segala proses perizinan, beasiswa, hingga bantuan sosial
dilakukan secara lebih simpel, pasti, dan bebas pungli. Berbagai aplikasi manajemen yang menunjang kerja juga sedang dikembangkan demi tercapainya kinerja yang lebih baik. Selain itu, kita
mencanangkan program-program baru sebagai respons atas situasi dan dinamika terkini terkait
kehidupan beragama dalam masyarakat era digital.

Saudara-saudara sekalian,
Berbagai langkah baik tidak akan berjalan mulus tanpa sinergitas dan kebulatan hati. Saya berharap, 5 Nilai Budaya Kerja makin dijiwai dalamsanubari setiap kita, serta dilengkapi dengan semangat kerja sama yang apik. Insyaallah, hasilnya akan nampak nyata dan jadi berkah bagi kita semua. Inilah sesungguhnya hakikat dari bekerja dengan berlandaskan agama.

Sebagai ASN Kementerian Agama –yang kerap dinilai punya keunggulan religiusitas dibanding ASN
instansi lain— kita dituntut mengoptimalkan energi spiritual sebagai landasan kerja profesional. Sesuai kalimat "Ikhlas Beramal" pada logo Kementerian Agama, pengabdian pada masyarakat dan negara harus senantiasa diniatkan sebagai ibadah yang tulus. Artinya, selalu sadar bahwa kerja kita bukan saja dinilai oleh manusia, tapi juga diperhitungkan oleh Tuhan Yang Maha Mengetahui.

Demi menjaga ikatan agama dan bangsa di negara ini, kita harus menunjukkan bahwa kebaikan
ajaran agama merupakan obor penerang bagi perbaikan kualitas manusia. Hal ini untuk menepis
anggapan bahwa kemajuan sebuah instansi atau pemerintahan tak ada relevansinya dengan agama.
Justru sebaliknya, reformasi birokrasi yang berorientasi pada tingginya peradaban masyarakat
sesungguhnya adalah perwujudan nilai-nilai agama. Dengan "Lebih Dekat Melayani Umat", kita
akan lebih memahami apa yang mesti diperbuat untuk memperbaiki peradaban di negeri tercinta.

Hadirin sekalian,
Sebelum mengakhiri sambutan ini, saya berpesan kepada seluruh jajaran Kementerian
Agama agar senantiasa menjaga marwah kementerian yang kita cintai sebagai organisasi yang
sarat dengan nilai, kultur, dan tradisi baik. Dalam kaitan ini, seluruh jajaran Kementerian
Agama yang masih aktif perlu memelihara silaturrahim dengan para senior yang pernah
menjabat di masa lampau. Generasi yang datang kemudian perlu belajar dari perjuangan dan
pemikiran para pendahulu dan pandai menghargai jasa para senior yang telah memberikan
kontribusinya kepada umat, bangsa, negara dan organisasi Kementerian Agama pada eranya masingmasing.

Demikian pesan dan harapan yang ingin saya sampaikan kepada saudara-saudara sekalian.
Dirgahayu Kementerian Agama. Sekali Kementerian Agama tetap Kementerian Agama.
Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, meridlai amal dan pengabdian kita.
Sekian dan terima kasih.

Wabillahi taufiq walhidayah,
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq.
Wassalamu'alaikum wr.wb.

Jakarta, 3 Januari 2017
Menteri Agama RI
Lukman Hakim Saifuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar